Rabu, 22 Februari 2012

makalah TEORI HUMANISTIK (Carl Rogers)


BAB I
PENDAHULUAN

1.      Latar Belakang Penulisan Makalah
Istilah belajar dan pembelajaran merupakan suatu istillah yang memiliki keterkaitan yang sanngat erat dan tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Belajar bisa diartikan sebagai suatu proses perubahan tingkah laku sebagai hasil interaksi individu dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.
Untuk membantu terselenggaranya suatu proses pembelajaran di kelas yang baik, diperlukan adanya suatu teori belajar. Penggunaan teori belajar yang salah akan mengakibatkan terjadinya hambatan dalam proses pembelajaran. Penerapan teori belajar di kelas membutuhkan pemahaman yag mendalam terhadap teori tersebut dan rasa senang untuk menggunakan dan mengembangknnya secara tepat guna dengan kondisi di Indonesia.
Banyak teori belajar yang dapat digunakan para guru untuk berbagai keperluan belajar dan proses pembelajaran, antara lain teori pembelajaran behavioristik, kognitif, dan humanistik. Setiap teori belajar mempunyai tokoh- tokoh penting yang berbeda- beda. Seperti pada teori belajar humanistik, terdapat tokoh- tokoh penting secara teoritik, antara lain Arthur W. Combs, Abraham Maslow, dan Carl Rogers.
Makalah ini akan membahas teori belajar humanistik yang dikemukakan oleh  Carl Rogers.

2.      Rumusan Masalah
Masalah yang akan dibahas dalam makalah ini antara lain :
1.      Apa sajakah ide pokok dalam teori belajar humanistik yang dikemukakan Rogers ?
2.      Materi pembelajaran yang bagaimanakah yang sesuai dengan teori humanistik ini?
3.      Apakah kelemahan dari teori belajar humanistik yang dikemukakan Rogers?
4.      Apakah perbedaan teori Maslow dan teori Rogers?

3.      Tujuan Penulisan Makalah
Tujuan penulisan makalah ini adalah :
1.      Mengetahui ide- ide pokok yng dikemukakan Rogers sebagai salah satu tokoh teori belajar humanistik.
2.      Mengetahui materi yang sesuai dengan teori hummanistik dalam penerapannya dalam pembelajaran di sekolah.
3.      Mengetahui kelemahan teori belajar humanistik yang dikemukakan oleh Rogers.
4.      Mengetahui perbeedaan teori humaistik yang dikemukakan oleh Maslow dan Rogers.
 


BAB II
ISI

A.  Biografi Carl Rogers
Nama                   : Carl Rogers
Lahir                    : 8 Januari 1902
                               Oak Park, Illinois, Amerika Serikat
Wafat                   : 4 Februari 1987
                               San Diego, California, Amerika Serikat       
Warga negara      : Amerika Serikat
Bidang                 : Psikologi
Alma mater          : Teachers College, Universitas Columbia
Dikenal atas      : Pendekatan yang berpusat pada manusia        
                          (e.g., Terapi yang berpusat pada Klien, Pembelajaran yang berpusat pada murid)
Penghargaan     : Penghargaan untuk Distinguished Scientific Contributions to Psychology
                            (1956, APA); Award for Distinguished Contributions to Applied Psychology
                            as a Professional Practice (1972, APA); 1964 Humanist of the Year
                            (American Humanist Association)

B.  Awal Tumbuhnya Psikologi Humanistik
Pada akhir tahun 1940-an muncul suatu perspektif psikologi baru. Orang-orang yang terlihat dalam penerapan psikologilah yang berjasa dalam perkembangan ini, misalnya ahli-ahli psikologi klinik, pekerja-pekerja sosial dan konseler, bukan merupakan hasil penelitian dalam bidang proses belajar. Gerakan ini berkembang dan kemudian dikenal sebagai psikologi humanistik, eksestensial, perseptual, atau fenomenalogikal. Psikologi ini berusaha untuk memahami perilaku seseorang dari sudut si pelaku (behaver), bukan dari pengamat (observer).
Dalam dunia pendidikan, aliran humanistik muncul pada tahun 1960-1970-an dan mungkin perubahan-perubahan dan inovasi yang terjadi juga akan menuju pada arah ini. (John Jarolimak & Clifford D Foster, 1976, halaman 330).

C.   Seperti apakah teori humanistik itu?
Psikologi humanistik mencoba untuk melihat kehidupan manusia sebagaimana manusia melihat kehidupan mereka. Mereka cenderung untuk berpegang pada perspektif optimistik tentang sifat alamiah manusia. Mereka berfokus pada kemampuan manusia untuk berfikir secara sadar dan rasional dalam mengendalikan hasrat biologisnya, serta dalam meraih potensi maksimal mereka. Dalam pandangan humanistik, manusia bertanggung jawab terhadap hidup dan perbuatannya serta mempunyai kebebasan dan kemampuan untuk mengubah sikap dan perilaku mereka.
 Menurut teori humanistik, tujuan belajar adalah untuk memanusiakan manusia. Proses belajar dianggap berhasil jika si pelajar memahami lingkungannya dan dirinya sendiri. Siswa dalam proses belajarnya harus berusaha agar lambat laun ia mampu mencapai aktualisasi diri dengan sebaik-baiknya. Teori belajar ini berusaha memahami perilaku belajar dari sudut pandang pelakunya, bukan dari sudut pandang pengamatnya.
Fokus dari perspektif humanistik adalah pada diri, yang diterjemahkan menjadi "ANDA", dan Anda "persepsi" dari "Anda" pengalaman. Veiw ini berpendapat bahwa Anda bebas untuk memilih perilaku Anda sendiri, daripada bereaksi terhadap rangsangan lingkungan dan reinforcers. Masalah berurusan dengan harga diri, pemenuhan diri, dan kebutuhan adalah hal yang terpenting. Fokus utama adalah untuk memfasilitasi pengembangan pribadi. Dua teori utama yang terkait dengan pandangan ini adalah Carl Rogers dan Abraham Maslow.

D.  Humanistik Menurut Carl Rogers
Carl Rogers, seorang psikolog humanistik, mengutarakan sebuah teori yang disebut dengan teori pribadi terpusat. Dalam pandangan Rogers, konsep diri merupakan hal terpenting dalam kepribadian, dan konsep diri ini juga mencakup kesemua aspek pemikiran, perasaan, serta keyakinan yang disadari oleh manusia dalam konsep dirinya.
 Konsep diri ini terbagi menjadi 2 yaitu konsep diri real dan konsep diri ideal. Untuk menunjukkan apakah kedua konsep diri tersebut sesuai atau tidak, Rogers mengenalkan 2 konsep lagi, yaitu Incongruence dan Congruence. Incongruence adalah ketidakcocokan antara diri yang dirasakan dalam pengalaman aktual disertai pertentangan dan kekacauan batin. Seseorang dikatakan dalam keadaan inkongruensi jika beberapa dari totalitas pengalaman mereka tidak bisa diterima untuk mereka dan ditolak atau terdistorsi dalam citra diri. Sedangkan Congruence berarti situasi di mana pengalaman diri diungkapkan dengan seksama dalam sebuah konsep diri yang utuh, integral, dan sejati.
Setiap manusia memiliki kebutuhan dasar akan kehangatan, penghargaan, penerimaan, pengagungan, dan cinta dari orang lain. Kebutuhan ini disebut need for positive regard, yang terbagi lagi menjadi 2 yaitu conditional positive regard (bersyarat) dan unconditional positive regard (tak bersyarat).
Rogers menggambarkan pribadi yang berfungsi sepenuhnya adalah pribadi yang mengalami penghargaan positip tanpa syarat. Ini berarti dia dihargai, dicintai karena nilai adanya diri sendiri sebagai person sehingga ia tidak bersifat defensif namun cenderung untuk menerima diri dengan penuh kepercayaan.
Pendekatan humanistik menyatakan bahwa diri terdiri dari konsep-konsep unik untuk diri kita sendiri komponen. Konsep- konsep tersebut antara lain :
1.        Cukup layak (atau harga diri) yaitu apa yang kita pikirkan tentang diri kita. Rogers percaya perasaan harga diri yang dikembangkan pada anak usia dini dan terbentuk dari interaksi anak dengan ibu dan ayah.
2.        Citra diri yaitu bagaimana kita melihat diri kita, yang penting untuk kesehatan psikologis yang baik. Citra diri termasuk pengaruh gambar tubuh kita pada kepribadian batin. Pada tingkat sederhana, kita mungkin menganggap diri sebagai orang baik atau buruk, indah atau jelek. Citra diri memiliki mempengaruhi bagaimana seseorang berpikir merasa dan berperilaku di dunia.
3.        Ideal diri yaitu ingin menjadi seperti apa diri kita. Ini terdiri dari tujuan kita, ambisi dalam hidup, dan dinamis - yaitu selamanya berubah. Yang ideal diri pada anak bukanlah diri ideal di usia remaja kita atau akhir usia dua puluhan dll
Rogers lebih melihat pada masa sekarang, dia berpendapat bahwa masa lampau memang akan mempengaruhi cara bagaimana seseorang memandang masa sekarang yang akan mempengaruhi juga kepribadiannya. Namun ia tetap berfokus pada apa yang terjadi sekarang bukan apa yang terjadi pada waktu itu.
Rogers membedakan dua tipe belajar yaitu :
1.               Kognitif ( kebermaknaan )
2.               Experiential ( pengalaman atau signifikansi)
Guru menghubungan pengetahuan akademik ke  dalam pengetahuan terpakai seperti memperlajari mesin dengan tujuan untuk memperbaikai mobil. Experiantial learning menunjuk pada pemenuhan kebutuhan dan keinginan siswa. Kualitas belajar experiential learning mencakup keterlibatan siswa secara personal, berinisiatif, evaluasi oleh siswa sendiri, dan adanya efek yang membekas pada siswa.
Menurut Rogers motivasi orang yang sehat adalah aktualisasi diri. Jadi manusia yang sadar dan rasional tidak lagi dikontrol oleh peristiwa kanak – kanak. Aktualisasi diri adalah proses menjadi diri sendiri dan mengembangkan sifat-sifat dan potensi -potensi psikologis yang unik. Aktualisasi diri akan berubah sejalan dengan perkembangan hidup seseorang. Ketika mencapai usia tertentu (adolensi) seseorang akan mengalami pergeseran aktualisasi diri dari fisiologis ke psikologis.
Pada dasarnya, ide pokok dari teori – teori Rogers yaitu individu memiliki kemampuan dalam diri sendiri untuk mengerti diri, menentukan hidup, dan menangani masalah – masalah psikisnya asalkan konselor menciptakan kondisi yang dapat mempermudah perkembangan individu untuk aktualisasi diri.
Menurut Rogers, yang terpenting dalam proses pembelajaran adalah pentingnya guru memperhatikan prinsip pendidikan dan pembelajaran, yaitu :
1.   Menjadi manusia berarti memiliki kekuatan yang wajar untuk belajar
2.   Siswa akan mempelajari hal- hal yang bermakna bagi dirinya.
3.   Pengorganisasian bahan pengajaran berarti mengorganisasikan bahan dan ide baru sebagai bagian yang bermakna bagi siswa.
4.   Belajar yang bermakna dalam masyarakat modern berarti belajar tentang proses.
5.   Belajar yang optimal akan terjadi bila siswa berpartisipasi secara bertanggung jawab dalam proses belajar.
6.   Belajar mengalami (experiental learning) dapat terjadi, bila siswa mengevaluasi dirinya sendiri. Belajar mengalami, dapat memberi peluang untuk belajar kreatif, self evaluation dan kritik diri. Hal ini berarti bahwa evaluasi dari instruktur bersifat sekunder.
7.   Belajar mengalami, menuntut keterlibatan siswa secara penuh dan sungguh-sungguh.
Dalam bukunya yang berjudul Freedom To Learn, Rogers menunjukkan sejumlah prinsip- prinsip dasar humanistik yang penting, diantaranya adalah :
a.    Manusia itu mempunyai kemampuan belajar secara alami.
b.   Belajar yang signifikan terjadi apabila materi pelajaran dirasakan murid mempunyai relefansi dengan maksud- maksud sendiri.
c.    Belajar yang menyangkut perubahan di dalam persepsi mengenai dirinya sendiri dianggap mengancam dan cenderung untuk ditolaknya.
d.   Tugas- tugas belajar yang mengancam diri ialah lebih mudah dirasakan dan diasimilasikan apabila ancaman- ancaman dari luar itu semakin kecil.
e.    Apabila ancaman terhadap siswa rendah, pengalaman dapat diperoleh dengan berbagai cara yang berbeda- beda dan terjadilah proses belajar.
f.    Belajar bermakna diperoleh siswa dengan melakukannya.
g.   Belajar diperlancar bilamana siswa dilibatkan dalam proses belajar dan ikut bertanggung jawab terhadap proses belajar itu.
h.   Belajar atas inisiatif sendiri yang melibatkan pribadi siswa seutuhnya, baik perasaan maupun intelek, merupakan cara yang dapat memberikan hasil yang mendalam dan lestari.
i.     Kepercayaan terhadap diri sendiri, kemerdkaan, kreativitas, lebih mudah dicapai terutama jika siswa dibiasakan untuk mawas diri dan mengkritik dirinya sendiri dan penilaian dari orang lain merupakan cara kedua yang penting.
j.     Belajar yang paling berguna secara social di dalam dunia modern ini adalah belajar mengenai proses belajar, suatu keterbukaan yang terus menerus terhadap pengalaman dan penyatuannya ke dalam diri sendiri mengenai proses perubahan itu.
Rogers juga mengemukakan saran tentang langkah-langhkah pembelajaran yang perlu dilakukan oleh guru. Saran pembelajaran itu meliputi hal berikut :
a.       Guru memberi kepercayaan kepada kelas agar kelas memilih belajar secara terstruktur.
b.    Guru dan siswa membuat kontrak belajar.
c.    Guru menggunakan metode inkuiri, atau belajar menemukan (discovery learning).
d.   Guru menggunakan metode simulasi.
e.    Guru mengadakan latihan kepekaan agar siswa mampu menghayati perasaan dan berpartisipasi dengan kelompok lain.
f.     Guru bertindak sebagai fasilitator belajar.
g.    Sebaiknya guru menggunakan pengajaran berprogram, agar tercipta peluang bagi siswa untuk timbulnya kreativitas.
Ciri- ciri guru yang fasilitatif adalah sebagai berikut:
1.   Merespon perasaan siswa
2.   Menggunakan ide- ide siswa untuk melaksanakan interaksi yang sudah dirancang
3.   Berdialog dan berdiskusi dengan siswa
4.   Menghargai siswa
5.   Kesesuaian antara pelaku dan perbuatan
6.   Menyesuaikan isi kerangka berpikir siswa
7.   Tersenyum pada siswa.
Dari penelitian diketahui guru yang fasilitatif mengurangi angka bolos siswa, meningkatkan angka konsep diri siswa, meningkatkan upaya untuk meraih prestasi akademik, mengurangi tingkat problem yang berkaitan dengan disiplin dan mengurangi perusakan pada peralatan sekolah, serta siswa- siswa menjadi lebih spontan dan menggunakan tingkat berpikir yang lebih tinggi.

E.  Aplikasi Teori Humanistik Terhadap Pembelajaran Siswa
Aplikasi teori humanistic lebih menunjuk pada ruh atau spirit selama proses pembelajaran yang mewarnai metode- metode yang diterapkan. Peran guru dalam pembelajaran humanistik adalah menjadi fasilitator bagi para siswa, yang memberikan motivasi dan kesadaran mengenai makna belajar dalam kehidupan siswa. Guru memfasilitasi pengalaman belajar kepada siswa dan mendampingi siswa untuk memperoleh tujuan pembelajaran.
Siswa berperan sebagai pelaku utama ( student center ) yang memaknai proses pengalaman belajarnya sendiri. Tujuan pembelajaran lebih kepada proses belajarnya daripada hasil belajar.
Pembelajaran berdasarkan teori humanistic ini cocok diterapkan untuk materi- materi pembelajaran yang bersifat pembentukan kepribadian, hati nurani, perubahan sikap, dan analisis terhadap fenomena sosial. Indicator dari keberhasilan aplikasi ini adalah siswa merasa senang, bergairah, berinisiatif dalam belajar dan terjadi perubahan pola pikir, perilaku dan sikap atas kemauan sendiri.

F.   Kelemahan Teori Rogers
Kelemahan atau kekurangan pandangan Rogers terletak pada perhatiannya yang semata- mata melihat kehidupan diri sendiri dan bukan pada bantuan untuk pertumbuhan serta perkembangan orang lain. Rogers berpendapat bahwa orang yang berfungsi sepenuhnya tampaknya merupakan pusat dari dunia, bukan seorang partisipan yang berinteraksi dan bertanggung jawab di dalamnya.
Selain itu, gagasan bahwa seseorang harus dapat memberikan respons secara realistis terhadap dunia sekitarnya masih sangat sulit diterima. Semua orang tidak bisa melepaskan subyektivitasnya dalam memandang dunia karena kita sendiri tidak tahu dunia itu secara obyektif.
Rogers juga mengabaikan aspek- aspek sadar dalam tingkah laku manusia karena ia lebih melihat pada pengalaman masa sekarang dan masa depan, bukannya pada masa lampau yang biasanya penuh dengan pengalaman traumatic yang menyebabkan seseorang mengalami suatu penyakit psikologis.
Selain kelemahanyang telah diuraikan di atas, ada beberapa argumantasi mengenai kritik dari teori humanistik, yaitu sebagai berikut :
1.      Teori humanistik terlalu optimistik secara naif dan gagal untuk memberikan pendekatan pada sisi buruk dari sifat alamiah manusia
2.      Teori humanistik, seperti halnya teori psikodinamik, tidak bisa diuji dengan mudah
3.      Banyak konsep dalam psikologi humanistik, seperti misalnya orang yang telah berhasil mengaktualisasikan dirinya, ini masih buram dan subjektif. Beberapa kritisi menyangkal bahwa konsep ini bisa saja mencerminkan nilai dan idealisme Maslow sendiri,
4.      Psikologi humanistik mengalami pembiasan terhadap nilai individualistis

G. Perbedaan Teori Rogers dengan Teori Maslow
Carl Rogers (1902-1987) adalah seorang humanistik psikolog setuju dengan sebagian besar dari apa Maslow percaya, tetapi menambahkan bahwa bagi seseorang untuk "tumbuh", mereka memerlukan suatu lingkungan yang menyediakan mereka dengan genuinness (keterbukaan dan self-disclosure), penerimaan (yang dilihat dengan hal positif tanpa syarat), dan empati (didengarkan dan dipahami).
Satu perbedaan antara Maslow dan Rogers adalah penekanan bahwa Maslow memberikan ke puncak pengalaman. Puncak pengalaman saat di dalam hidup yang membawa kita melampaui persepsi biasa, pikiran, dan perasaan. Biasanya, individu merasa berenergi, lebih "hidup". Dalam beberapa hal, pengalaman puncak mirip dengan konsep Zen satori (harfiah "pencerahan"), yang, seperti pengalaman puncak, datang tanpa diduga, dan mengubah pemahaman individu tentang diri dan dunia. Karena sifat "mistis" dari pengalaman puncak, beberapa psikolog kurang nyaman dengan teori Maslow daripada dengan Rogers, yang menggunakan konsep yang lebih mudah berhubungan dengan psikologi "mainstream". Mungkin, ini account untuk Maslow yang dipandang sebagai kurang berpengaruh di antara terapis. Dalam setiap kasus, tidak ada keraguan bahwa gagasan Maslow tentang motivasi telah menjadi dikenal secara luas dan digunakan, sebagai link di bawah ini membantu untuk menggambarkan.
 
 
BAB III
PENUTUP

A.  Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari pemaparan makalah di atas antara lain sebagai berikut :
1.        Ide pokok dari teori – teori Rogers yaitu individu memiliki kemampuan dalam diri sendiri untuk mengerti diri, menentukan hidup, dan menangani masalah – masalah psikisnya asalkan konselor menciptakan kondisi yang dapat mempermudah perkembangan individu untuk aktualisasi diri.
2.        Pembelajaran berdasarkan teori humanistik  ini cocok diterapkan untuk materi- materi pembelajaran yang bersifat pembentukan kepribadian, hati nurani, perubahan sikap, dan analisis terhadap fenomena sosial.
3.      Kelemahan atau kekurangan pandangan Rogers terletak pada perhatiannya yang semata- mata melihat kehidupan diri sendiri dan bukan pada bantuan untuk pertumbuhan serta perkembangan orang lain, gagasan bahwa seseorang harus dapat memberikan respons secara realistis terhadap dunia sekitarnya masih sangat sulit diterima, dan Rogers juga mengabaikan aspek- aspek sadar dalam tingkah laku manusia
4.      Perbedaan teori Rogers dan teori Maslow adalah menurut Rogers bagi seseorang untuk "tumbuh", mereka memerlukan suatu lingkungan yang menyediakan mereka dengan genuinness (keterbukaan dan self-disclosure), penerimaan (yang dilihat dengan hal positif tanpa syarat), dan empati (didengarkan dan dipahami). Perbedaan yang lain adalah penekanan bahwa Maslow memberikan ke puncak pengalaman.




DAFTAR PUSTAKA

Soemanto, Wasty. 1998. Psikoloogi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.
Sugihartono, dkk. 2007. Psikologi Pendidikan. Yogyakarta: UNY Press.
Susilo, M. Joko. 2006. Gaya Belajar Menjadikan Pintar. Yogyakarta: PINK.
http://teoripembelajaran.blogspot.com/2008/03/teori-belajar-humanistik.html

5 komentar:

  1. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  2. Terimakasih.. tulisannya sangat bermanfaat sekali.
    My blog

    BalasHapus
  3. Terimakasih.. tulisannya sangat bermanfaat sekali

    http://http%3A%2F%2Fblog.binadarma.ac.id%2Fay_ranius.wordpress.com

    BalasHapus
  4. Terimakasih.. tulisannya sangat bermanfaat sekali

    http://http%3A%2F%2Fblog.binadarma.ac.id%2Fay_ranius.wordpress.com

    BalasHapus
  5. sangat bermanfaat kak :)

    http://http%3A%2F%2Fblog.binadarma.ac.id%2FHadi_Syaputra.wordpress.com

    BalasHapus